JIHAD EKOLOGIS DI ERA KRISIS: MEMBANGUN GREEN
RESILIENT SUPPLY CHAIN BERBASIS SURAH YUSUF
Oleh :
Prof. Dr. Ir.
Agus Purnomo, M.T., CMILT.
(Guru Besar Supply Chain Management - Master of Logistics Management
Department – Universitas Logistik Dan Bisnis Intenasional – ULBI)
Pernahkah kita
membayangkan apa yang akan terjadi jika dunia benar-benar kehabisan pangan? Di
tengah perubahan iklim yang kian ekstrem, ketegangan geopolitik, dan bencana
alam yang datang tanpa diduga, ancaman ini bukan lagi sekadar wacana. Menurut
laporan FAO 2024, lebih dari 783 juta
orang di dunia hidup dalam kelaparan, dan jumlah ini akan terus
bertambah. Ironisnya, Indonesia yang dikenal sebagai negeri agraris pun tak
luput dari ancaman tersebut: ketahanan pangan
yang rapuh, sistem logistik yang mudah terganggu, dan degradasi lingkungan yang
makin mengkhawatirkan.
Di era
ketidakpastian global seperti sekarang, membangun resilient dan green supply chain telah menjadi senjata utama untuk bertahan hidup dan
memenangkan masa depan. Supply Chain yang kuat, adaptif, dan ramah
lingkungan menjadi fondasi utama untuk bertahan dan berkembang. Inspirasi
tentang bagaimana menghadapi masa sulit dengan strategi keberlanjutan
sebenarnya telah diajarkan dalam Al-Qur'an, khususnya melalui kisah Nabi Yusuf dalam
Surah Yusuf (12:47). Nilai-nilai ini menginsprirasi semangat program Asta Cita
Presiden Prabowo, yang menempatkan ketahanan pangan, energi, dan pembangunan
berkelanjutan sebagai prioritas utama untuk masa depan Indonesia. Jika kita sudah tahu jalannya, apakah kita masih akan
menunda perubahan sebelum semuanya benar-benar terlambat?
Bertahan dengan Ilmu Nabi
Kerapuhan supply
chain Indonesia, khususnya di sektor pangan dan energi, kini menjadi masalah
yang tidak bisa lagi diabaikan. Data BPS 2024 menunjukkan bahwa 80% bahan pangan Indonesia masih sangat
bergantung pada transportasi berbahan bakar fosil, sebuah ketergantungan
yang membuat rantai pasok kita rentan terhadap fluktuasi harga energi global.
Tak hanya itu, sekitar 30% hasil panen
nasional terbuang sia-sia akibat sistem penyimpanan yang tidak memadai.
Kondisi ini
menjadi alarm keras: tanpa transformasi menyeluruh menuju green resilient supply chain,
Indonesia akan terus berada di jalur rentan terhadap guncangan besar, entah itu
perubahan iklim, pandemi, atau konflik geopolitik. Di sinilah pelajaran dari
Surah Yusuf (12:47) menawarkan kebijaksanaan yang abadi—perintah
bercocok tanam bertahun-tahun, menyimpan hasil dengan cermat, serta konsumsi
secukupnya adalah prinsip-prinsip strategis untuk menghadapi masa depan yang
penuh ketidakpastian. Sebuah panduan yang mengajarkan bahwa
keberlanjutan, perencanaan jangka panjang, dan pengelolaan sumber daya yang
bijaksana adalah pondasi untuk bertahan dalam badai zaman.
Hijaukan Negeri, Kuatkan Energi
Integrasi
nilai-nilai dari Surah Yusuf ke dalam program Asta Cita Presiden Prabowo membuka peluang besar untuk sebuah
terobosan strategis yang selama ini luput mendapat perhatian serius. Program
swasembada pangan melalui modernisasi
pertanian dan pengembangan energi
terbarukan seperti surya, angin, dan biofuel, sejatinya langsung
beririsan dengan prinsip green
resilient supply chain.
Ini bukan
hanya tentang membangun pertanian yang lebih produktif dan bersih, melainkan
juga tentang menciptakan sistem logistik pintar yang lebih efisien dan tahan
terhadap berbagai risiko. Pendekatan ini jauh melampaui respons reaktif
terhadap krisis; ia menanamkan budaya antisipasi
jangka panjang, sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur'an, di mana strategi bertahan hidup bukan dibangun setelah bencana
datang, melainkan disiapkan saat masa kelimpahan. Jika dikelola
dengan sungguh-sungguh, transformasi ini bukan hanya memperkuat ketahanan
pangan dan energi nasional, tetapi juga mengantar Indonesia menjadi kekuatan
baru dalam green ekonomi global.
Membangun Warisan Green Indonesia
Mengadopsi strategi green resilient supply chain yang berakar pada nilai-nilai
religius dan diperkuat oleh program nasional bukan lagi sekadar opsi
bijaksana—ini adalah keharusan mutlak
untuk menyelamatkan masa depan Indonesia. Kita tidak bisa lagi mengandalkan
model pembangunan yang cepat rapuh ketika krisis menerpa. Sudah saatnya
Indonesia merancang supply chain yang bukan hanya tangguh menghadapi
ketidakpastian global, tetapi juga selaras dengan prinsip keberlanjutan bumi,
seperti yang diajarkan dalam Surah Yusuf.
Perintah untuk bercocok tanam, menyimpan hasil
dengan efisien, dan mengonsumsi secukupnya bukan hanya kisah masa lalu,
melainkan peta jalan nyata untuk membangun kedaulatan pangan, energi bersih,
dan ketangguhan nasional. Setiap langkah
kecil menuju green resilient supply chain adalah investasi besar untuk masa
depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Penutup: Mulai Hari Ini, Selamatkan Esok
Melangkah ke depan, Indonesia memiliki peluang
emas untuk menjadi pionir green resilient supply
chain di Asia, bahkan di dunia. Modernisasi pertanian,
pemanfaatan energi terbarukan, serta manajemen sumber daya yang mengutamakan
moderasi dan efisiensi bukan hanya strategi pembangunan—tetapi sebuah jihad ekologis yang luhur untuk menjaga amanah bumi bagi generasi
mendatang. Ini lebih dari sekadar merespons krisis; ini adalah tentang membangun
peradaban baru yang kuat, mandiri, dan penuh hormat terhadap alam. Pertanyaannya kini, beranikah kita memulai
perubahan hari ini, sebelum masa depan tak lagi memberi kita kesempatan?
"LET'S
JOIN ULBI"
Magister Manajemen
Logistik - “Shaping Future Leaders in Global Logistics”
Learn more by visiting :
https://admission.ulbi.ac.id/s2-magister-manajemen-logistik/
#Surah Yusuf; #Green Halal; #Asta
Cita; #Ketahanan
Pangan; #Ketahanan
Energi; #Logistics; #Supply Chain; #Logistik; #Manajemen Logistik; #Supply Chain Management; #Green Resilient Supply Chain; #Resilience; #Sustainability; #Rantai Pasok; #ULBIAcademia; #PenaAkademikULBI;
#EdukasiULBI; #OpiniAkademik; #ArtikelAkademik; #SEO; #DigitalMarketing
Posting Komentar