MANAJEMEN LOGISTIK: SIKLUS DAN STRATEGI PEMBELIAN (PURCHASING)


DARI PROSES KE STRATEGI: MEMAHAMI SIKLUS DAN STRATEGI PURCHASING DALAM PENGUATAN DAYA SAING LOGISTIK DAN INDUSTRI

By:
Prof. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., FCILT
(Professor of Supply Chain Management – Master of Logistics Management Department – Universitas Logistik dan Bisnis Internasional / ULBI)

A.      PENDAHULUAN:  RELEVANSI FUNGSI PEMBELIAN DALAM ERA INDUSTRI & LOGISTIK

Di tengah persaingan global yang semakin ketat dan kompleksitas rantai pasok yang terus meningkat, fungsi pembelian tidak bisa lagi disamakan dengan aktivitas administratif belaka. Di sektor logistik Indonesia — yang pasar nilai-nya telah menembus US$ 67,8 miliar pada 2024 dengan pertumbuhan tahunan sekitar 6,8 % menuju US$ 131,4 miliar pada 2033 — proses pengadaan barang dan jasa kini menjadi fondasi penting untuk efisiensi biaya dan keandalan layanan. Contoh nyata terjadi pada penyedia layanan pengiriman barang antar‐pulau, di mana biaya logistik nasional masih membebani hingga sekitar 14,29 % dari PDB — jauh di atas rerata global — dan menunjukkan urgensi bagi perusahaan untuk mengelola pembelian secara lebih strategis daripada sebelumnya.          


Dengan demikian, pembelian menjadi jembatan penghubung antara kebutuhan operasional – seperti armada kendaraan, perangkat tracking, dan layanan pergudangan – dengan strategi korporasi untuk memperkuat posisi kompetitif. Pemilihan pemasok yang tepat, negosiasi yang efisien, serta pengelolaan stok dan kontrak yang terstruktur — semuanya menjadi bagian krusial agar rantai pasok dapat berjalan mulus dan meminimalkan risiko keterlambatan atau pembengkakan biaya.

Tulisan ini bertujuan memberikan panduan praktis bagi mahasiswa dan praktisi industri logistik untuk memahami keterpaduan antara siklus pembelian (purchasing cycle) dan strategi pengadaan (strategic purchasing) sebagai kunci efisiensi dan daya saing. Melalui pemahaman proses mulai dari identifikasi kebutuhan hingga evaluasi pemasok, serta penerapan pendekatan seperti Kraljic Matrix untuk mengelola risiko dan nilai pasokan, organisasi dapat meningkatkan produktivitas sekaligus memperkuat ketahanan rantai pasok nasional.

 

B.      MEMAHAMI SIKLUS PURCHASING: PROSES SISTEMATIS YANG MENJAMIN EFISIENSI

Siklus purchasing pada dasarnya adalah jantung dari proses pengadaan yang terstruktur (Gambar 1). Ia terdiri atas delapan tahapan utama yang saling terhubung secara sistematis, dimulai dari determination of demand (penentuan kebutuhan) hingga auditing (audit pembelian). Setiap tahap memiliki peran dan metode tersendiri: menentukan apa yang dibutuhkan, memilih siapa yang akan memasok, memantau bagaimana pesanan dipenuhi, hingga memastikan apakah proses tersebut berjalan sesuai standar dan aturan. Dengan memahami alur ini secara menyeluruh, organisasi tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan operasional secara tepat waktu, tetapi juga menjaga agar setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan nilai tambah nyata bagi kinerja perusahaan.

Setiap tahapan dalam siklus ini membentuk lingkaran efisiensi yang berkesinambungan. Pada tahap awal, analisis kebutuhan menjadi pondasi yang memastikan barang atau jasa dibeli sesuai prioritas perusahaan. Tahap berikutnya, penilaian dan seleksi pemasok menjadi filter penting untuk menjaga kualitas dan stabilitas pasokan. Kemudian, proses pemesanan dan pemantauan memastikan komitmen antar pihak berjalan sesuai kesepakatan. Setelah barang diterima dan diperiksa, hasilnya masuk ke tahap manajemen stok dan audit sebagai umpan balik bagi siklus berikutnya. Pola seperti ini menciptakan siklus tertutup yang memperkuat akuntabilitas dan transparansi pengadaan, sekaligus menjadi sarana pembelajaran organisasi dalam meningkatkan kinerja pengadaan dari waktu ke waktu.

 A circular arrows in a circle

AI-generated content may be incorrect.

Gambar 1. Siklus Purchasing

Penjelasan rinci siklus purchasing yang ditampilkan pada Gambar 1 disusun secara sistematis pada Tabel 1 berikut. Tabel tersebut memecah setiap tahapan — mulai dari determination of demand hingga auditing — dengan uraian deskriptif, kegiatan kunci, tujuan utama, dan metode yang relevan.

Tabel 1. Tahapan dalam Siklus Purchasing dengan Metode

No.

Tahapan Siklus

Deskripsi Utama

Kegiatan Kunci

Tujuan Utama

Metode

1

Determination of Demand
(Penentuan Kebutuhan)

Mengidentifikasi kebutuhan barang atau jasa yang diperlukan oleh organisasi.

- Analisis kebutuhan antar-departemen.
- Penentuan spesifikasi teknis.
- Estimasi jumlah dan waktu kebutuhan.

Memastikan pembelian sesuai kebutuhan aktual dan rencana operasional.

- Material Requirement Planning (MRP).
- Forecasting (peramalan permintaan).
- Analisis historis konsumsi barang.

2

Appraisal of the Source of Supply
(Penilaian Sumber Pasokan)

Mengevaluasi calon pemasok potensial yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

- Identifikasi calon pemasok.
- Permintaan penawaran harga (RFQ).
- Evaluasi kemampuan pemasok.

Menemukan sumber pasokan yang andal dan kompetitif.

- Request for Quotation (RFQ).
- Supplier Pre-Qualification.
- Vendor Rating System.

3

Supplier Selection
(Pemilihan Pemasok)

Memilih pemasok terbaik berdasarkan evaluasi multi-kriteria.

- Perbandingan penawaran.
- Negosiasi harga dan syarat kontrak.
- Penetapan pemasok terpilih.

Menetapkan mitra pemasok yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi.

- Weighted Scoring Method.
- Analytic Hierarchy Process (AHP).
- Evaluasi multi-kriteria (harga, kualitas, waktu, layanan).

4

Ordering
(Pemesanan)

Membuat dan mengirimkan Purchase Order (PO) resmi kepada pemasok terpilih.

- Penyusunan dan otorisasi PO.
- Pencatatan transaksi.
- Konfirmasi kesepakatan pesanan.

Menetapkan perjanjian formal dan menghindari kesalahpahaman.

- Electronic Procurement (E-Procurement).
- Sistem ERP (SAP, Oracle, Odoo).
- Dokumen PO resmi.

5

Order Monitoring
(Pemantauan Pesanan)

Memantau status pesanan hingga barang diterima sesuai jadwal dan spesifikasi.

- Follow-up status pesanan.
- Koordinasi dengan pemasok.
- Penanganan keterlambatan.

Menjamin ketepatan waktu dan kualitas pengiriman.

- Order Tracking System.
- KPI on-time delivery.
- Dashboard supplier performance.

6

Incoming Goods
(Barang Masuk)

Menerima dan memeriksa barang yang dikirim pemasok.

- Pemeriksaan fisik dan administrasi barang.
- Pencatatan penerimaan di sistem.
- Penanganan retur jika tidak sesuai.

Menjamin kesesuaian barang dengan PO dan menjaga kualitas.

- Incoming Inspection Checklist.
- Quality Control (QC).
- Sistem penerimaan barang (GRN – Goods Receipt Note).

7

Stock Management
(Manajemen Persediaan)

Mengelola barang yang telah diterima agar stok selalu optimal.

- Update saldo stok.
- Pemantauan level minimum & maksimum.
- Rotasi stok (FIFO/LIFO).

Menjaga keseimbangan antara ketersediaan stok dan efisiensi biaya penyimpanan.

- Inventory Management System.
- EOQ (Economic Order Quantity).
- ABC–VED–FMS Classification.

8

Auditing
(Audit Pembelian)

Mengevaluasi seluruh proses pembelian untuk perbaikan dan akuntabilitas.

- Audit dokumen pembelian & pembayaran.
- Evaluasi kinerja pemasok.
- Review kepatuhan terhadap SOP.

Meningkatkan transparansi, akurasi, dan efektivitas proses pengadaan.

- Internal Audit.
- Supplier Performance Evaluation (SPE).
- Compliance Review dan Financial Audit.

 

C.     EFISIENSI OPERASIONAL DALAM PROSES PEMBELIAN

Hubungan antarproses dalam rantai pembelian juga sangat erat dan berurutan (Gambar 2). Dari purchase requisition (PR) yang diajukan oleh pengguna internal, lahirlah purchase order (PO) sebagai dokumen formal yang menegaskan komitmen pembelian kepada pemasok. Setelah pemasok mengirimkan barang atau jasa sesuai pesanan, bagian penerimaan melakukan verifikasi melalui goods receipt untuk memastikan kesesuaian jumlah dan kualitas. Proses kemudian berlanjut ke invoice verification sebelum akhirnya dilakukan pembayaran dan audit pemasok. Setiap tahap saling mengunci satu sama lain; kesalahan di satu bagian akan berdampak langsung pada efisiensi keseluruhan. Karena itu, perusahaan yang berhasil mengintegrasikan seluruh tahapan ini biasanya memiliki rantai pengadaan yang lebih andal dan bebas dari penumpukan pekerjaan administratif.

A diagram of a diagram

AI-generated content may be incorrect.

Gambar 2. Hubungan antarproses dalam rantai pembelian

Efisiensi operasional dalam proses pembelian bukan hanya ditentukan oleh kecepatan transaksi, tetapi juga oleh ketepatan koordinasi antar tahapan yang membentuk rantai pengadaan. Setiap tahap memiliki fokus efisiensi tersendiri sebagaimana tergambar pada Tabel 2. Dimulai dari identifikasi kebutuhan yang menuntut akurasi tinggi agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan stok, proses ini kemudian berlanjut ke tahap permintaan pembelian (purchase requisition) yang menekankan transparansi dan otorisasi dokumen. Di titik inilah efisiensi berarti kemampuan mengelola informasi dengan cepat dan tepat agar kebutuhan operasional dapat segera diterjemahkan menjadi tindakan pembelian yang sah dan terukur.

Tabel 2. Hubungan antara Tahapan Purchasing Cycle dan Fokus Efisiensi Pengadaan

No

Tahapan Purchasing Cycle

Deskripsi Singkat

Fokus Efisiensi / Nilai Tambah

Tujuan Utama

Metode / Pendekatan yang Umum Digunakan

1

Identifikasi Kebutuhan (Need Recognition)

Menentukan kebutuhan barang/jasa berdasarkan permintaan pengguna atau departemen terkait.

Akurasi kebutuhan agar tidak terjadi overstock atau understock.

Menjamin kebutuhan operasional terpenuhi dengan tepat.

Analisis kebutuhan, perencanaan material (MRP), data permintaan historis.

2

Permintaan Pembelian (Purchase Requisition)

Dokumen internal yang meminta pembelian barang/jasa kepada bagian procurement.

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengadaan.

Menyediakan dasar administratif yang sah untuk pembelian.

Formulir PR (manual atau sistem ERP), approval workflow.

3

Seleksi Pemasok (Supplier Selection)

Menentukan calon pemasok berdasarkan kriteria kualitas, harga, dan ketepatan waktu.

Optimalisasi nilai pembelian dan pengurangan risiko rantai pasok.

Memilih pemasok yang paling kompeten dan efisien.

Tender, e-procurement, vendor evaluation matrix.

4

Pembuatan dan Pengiriman Purchase Order (PO Issuance)

Mengeluarkan PO resmi kepada pemasok sebagai kontrak pembelian.

Memastikan kesesuaian antara permintaan dan kesepakatan pembelian.

Menetapkan komitmen formal antara pembeli dan pemasok.

ERP/Procurement System, digital PO tracking.

5

Penerimaan Barang/Jasa (Goods/Service Receipt)

Barang/jasa diterima, diperiksa kualitas dan jumlahnya oleh bagian penerima.

Menghindari kesalahan pengiriman dan menjamin kualitas input produksi.

Menjamin barang diterima sesuai spesifikasi PO.

Inspeksi barang, quality checklist, barcode scanning.

6

Verifikasi dan Pembayaran (Invoice Verification & Payment)

Mencocokkan invoice dengan PO dan barang diterima (three-way matching).

Efisiensi pembayaran dan pengendalian biaya.

Menjamin pembayaran dilakukan sesuai kontrak dan performa.

Three-way matching system, e-invoicing, automated payment approval.

7

Manajemen dan Pemeliharaan Catatan (Record Management)

Menyimpan seluruh dokumen transaksi untuk kepatuhan dan audit.

Transparansi dan pelacakan historis pembelian.

Menjamin keterlacakan dan kepatuhan regulasi.

Digital archiving, procurement database.

8

Audit dan Evaluasi Pemasok (Audit & Supplier Evaluation)

Evaluasi performa pemasok secara berkala untuk perbaikan berkelanjutan.

Peningkatan kualitas rantai pasok jangka panjang.

Mengidentifikasi area perbaikan dan penghematan biaya.

Vendor performance scorecard, audit internal, KPI monitoring.

 

D.     STRATEGY PURCHASING (KRALJIC MATRIX): MENGUBAH FUNGSI PEMBELIAN MENJADI KEUNGGULAN KOMPETITIF

Setelah organisasi menguasai proses pembelian yang efisien, langkah berikutnya adalah menjadikan fungsi purchasing sebagai keunggulan strategis yang mendorong daya saing jangka panjang. Melalui pendekatan Kraljic Matrix (Gambar 3), perusahaan dapat mengklasifikasikan kategori pembelian berdasarkan nilai terhadap profitabilitas dan risiko pasokan. Empat kuadran utama dalam matriks ini membantu menentukan fokus strategi: routine items menekankan efisiensi administratif melalui otomasi, leverage items memaksimalkan daya tawar dan negosiasi harga, bottleneck items memprioritaskan mitigasi risiko pasokan, dan strategic items menuntut kemitraan jangka panjang berbasis inovasi.

Penerapan prinsip ini memungkinkan alokasi sumber daya pengadaan yang lebih cerdas dan berdampak besar pada kinerja bisnis. Pendekatan ini menegaskan bahwa purchasing yang strategis tidak lagi berorientasi transaksi jangka pendek, tetapi membangun kolaborasi jangka panjang antara pembeli dan pemasok, menciptakan sinergi inovatif, dan memperkuat ketahanan rantai pasok di era logistik modern.

A computer screen shot of a computer screen

AI-generated content may be incorrect.

Gambar 3.  Kraljic Matrix

Siklus dan strategi purchasing sejatinya adalah dua sisi yang saling melengkapi. Siklus pembelian memastikan proses operasional berjalan efisien dan terkendali—mulai dari identifikasi kebutuhan, pemesanan, hingga audit—sementara strategi purchasing memberikan arah agar setiap keputusan pembelian selaras dengan tujuan jangka panjang organisasi. Jika diibaratkan, siklus membantu perusahaan membeli dengan benar (doing things right) melalui disiplin proses, sedangkan strategi memastikan perusahaan membeli hal yang benar (doing the right things) melalui pengambilan keputusan yang cerdas dan berorientasi nilai. Keduanya harus bergerak selaras agar organisasi tidak hanya cepat dalam bertransaksi, tetapi juga bijak dalam menentukan prioritas pembelian yang berdampak pada efisiensi dan daya saing.

Tabel 3 berjudul Kraljic Matrix dan Implikasinya terhadap Strategic Purchasing menyajikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai Gambar 3, yaitu Kraljic Matrix. Melalui tabel ini, setiap kuadran dalam matriks dijabarkan secara sistematis mulai dari karakteristik barang atau jasa, strategi yang disarankan, hingga contoh penerapannya di dunia industri.

Tabel 3.  Kraljic Matrix dan Implikasinya terhadap Strategic Purchasing

Kuadran

Ciri Utama (Karakteristik Barang/Jasa)

Strategi (Strategy)

Taktik (Tactics)

Tindakan (Actions)

Tujuan (Objectives)

Contoh Barang/ Jasa

1. Routine Items (Barang Rutin / Non-Kritis)

- Nilai rendah, risiko rendah
- Banyak alternatif pemasok
- Barang umum, sering digunakan sehari-hari
- Dampak kecil terhadap profitabilitas

Simplify Acquisition Process (Sederhanakan proses pembelian)

- Tingkatkan peran sistem otomatis
- Kurangi upaya administratif pembelian

- Otomatisasi requisition (EDI, e-procurement, kartu korporat)
- Minimalkan biaya administrasi
- Terapkan stockless procurement
- Kurangi negosiasi yang tidak produktif

Efisiensi biaya dan waktu melalui penyederhanaan proses pembelian

Alat tulis kantor, bahan kebersihan, printer toner, air mineral, layanan kebersihan

2. Leverage Items (Barang Leverage / Pengungkit)

- Nilai tinggi, risiko rendah
- Banyak sumber pasokan
- Barang standar industri
- Pengaruh besar pada biaya total

Maximize Commercial Advantage (Maksimalkan keuntungan komersial)

- Konsentrasikan volume pembelian
- Pertahankan kompetisi antar pemasok

- Terapkan competitive bidding
- Manfaatkan siklus pasar dan tren harga
- Koordinasikan fungsi pengadaan lintas divisi
- Gunakan standar industri
- Lakukan active sourcing

Mendapatkan harga dan nilai terbaik melalui daya tawar yang kuat terhadap pemasok

Bahan bakar, material kemasan standar, jasa transportasi umum, komponen elektronik umum

3. Bottleneck Items (Barang Sempit / Tersendat)

- Nilai rendah, risiko tinggi
- Spesifikasi kompleks
- Pemasok terbatas
- Dampak signifikan jika pasokan terganggu

Ensure Supply Continuity (Pastikan kontinuitas pasokan)

- Kurangi ketergantungan pada pemasok tunggal
- Kelola risiko rantai pasok

- Perluas spesifikasi agar alternatif lebih banyak
- Kembangkan pemasok baru
- Gunakan kontrak jangka menengah
- Lakukan competitive bidding untuk menekan risiko monopoli

Menjamin ketersediaan pasokan dan mengurangi risiko gangguan operasional

Spare part mesin khusus, bahan kimia tertentu, komponen teknologi unik, perangkat lunak berlisensi khusus

4. Critical / Strategic Items (Barang Kritis / Strategis)

- Nilai tinggi, risiko tinggi
- Vital bagi operasi dan profitabilitas
- Pemasok sedikit dan spesialis
- Kualitas dan desain sangat menentukan

Form Partnerships with Suppliers (Bentuk kemitraan strategis dengan pemasok)

- Tingkatkan kolaborasi jangka panjang
- Libatkan pemasok dalam inovasi dan perencanaan

- Negosiasi intensif berbasis win–win
- Kelola performa pemasok secara aktif
- Siapkan rencana kontinjensi
- Analisis pasar dan kompetisi secara berkala
- Gunakan spesifikasi fungsional yang terbuka terhadap inovasi

Membangun kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan dan berorientasi inovasi serta ketahanan pasok

Sistem ERP perusahaan, komponen mesin utama produksi, layanan logistik strategis, teknologi inti manufaktur

Catatan Akademik:

Tabel ini menggambarkan bahwa strategi purchasing yang efektif harus berbasis analisis portofolio. Dengan memahami posisi setiap barang atau jasa dalam Kraljic Matrix, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya pengadaan secara optimal:

  • Barang rutin dikelola dengan efisiensi administratif,
  • Barang leverage dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan komersial,
  • Barang bottleneck dijaga kontinuitas pasoknya, dan
  • Barang strategis dikelola melalui kemitraan jangka panjang yang memperkuat daya saing organisasi.

 

E.      PENUTUP: MEMBANGUN BUDAYA PURCHASING YANG ADAPTIF DAN STRATEGIS

Kemampuan organisasi dalam mengelola fungsi purchasing secara efektif kini menjadi salah satu pilar utama daya saing di era rantai pasok digital. Kombinasi antara efisiensi proses melalui siklus pembelian yang terstruktur dan penerapan strategi pengadaan yang adaptif menjadikan sistem purchasing lebih tangguh, transparan, dan responsif terhadap perubahan pasar. Perusahaan yang mampu mengintegrasikan keduanya akan memiliki keunggulan dalam menjaga keandalan pasokan, menekan biaya, serta memperkuat hubungan jangka panjang dengan mitra pemasok. Di tengah meningkatnya tekanan global terhadap efisiensi logistik, seperti kenaikan biaya transportasi dan volatilitas harga bahan bakar, pengelolaan purchasing yang baik bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi setiap organisasi yang ingin bertahan dan berkembang.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita melihat purchasing bukan sebagai kegiatan administratif semata, tetapi sebagai ruang pembelajaran strategis yang melatih kemampuan analisis, negosiasi, dan pengambilan keputusan berbasis data. Dunia industri kini menuntut profesional yang mampu membaca pola siklus pembelian dan menempatkan strategi pengadaan secara tepat sesuai karakter barang, nilai bisnis, dan risiko pasokan. Mereka yang mampu menguasai hal tersebut akan menjadi penggerak perubahan, menjadikan purchasing bukan sekadar fungsi pendukung, tetapi sebagai pengungkit utama daya saing organisasi di era logistik modern yang semakin digital, terhubung, dan kompetitif.

"LET'S JOIN ULBI"

Magister Manajemen Logistik - “Shaping Future Leaders in Global Logistics”

Learn more by visiting : 

https://admission.ulbi.ac.id/s2-magister-manajemen-logistik/

#Pembelian; #Purchasing; #Kraljic Matrix; #Siklus Purchasing; #Inventory; #Persediaan; #Logistik; #Logistics; #Supply Chain Management; #Supply Chain; #Green Logistics; #AI; #Big Data; #IoT;  #Rantai Pasok; #ULBIAcademia; #PenaAkademikULBI; #EdukasiULBI; #OpiniAkademik; #ArtikelAkademik; #SEO; #DigitalMarketing

 

 


MANAJEMEN LOGISTIK: RUANG LINGKUP LOGISTIK

  MANAJEMEN LOGISTIK: RUANG LINGKUP LOGISTIK  (SCOPE OF LOGISTICS) “Mengalir Tanpa Hambatan: Memahami Ruang Lingkup dan Dinamika Sistem Logistik Modern”   By: Prof. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., FCILT (Professor of Supply Chain Management – Master of Logistics Management Department – Universitas Logistik dan Bisnis Internasional / ULBI) 1.        Ruang Lingkup Umum Logistik Ruang lingkup logistik dalam dunia bisnis modern mencakup seluruh proses yang memastikan kelancaran aliran bahan, produk, dan informasi dari hulu ke hilir. Peran logistik tidak hanya terbatas pada pengangkutan barang, tetapi juga mencakup manajemen persediaan, pergudangan, penanganan material, pengemasan, serta sistem informasi yang mendukung efisiensi operasional. Sebagai penghubung antara fungsi produksi, pemasaran, dan keuangan, logistik berkontribusi besar terhadap efisiensi biaya, kecepatan pelayanan, dan keandalan distribusi. Dalam sistem logistik, perlu dibedak...

MANAJEMEN LOGISTIK: KONSEP DASAR DAN DEFINISI

    MANAJEMEN LOGISTIK: KONSEP DASAR DAN DEFINISI   “Logistik sebagai Nadi Ekonomi: Dari Arus Barang hingga Kecerdasan Data” Oleh :   Prof. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., FCILT. (Guru Besar Supply Chain Management - Master of Logistics Management Department – Universitas Logistik Dan Bisnis Intenasional – ULBI) A   . Konsep Dasar Manajemen Logistik Logistik adalah nadi yang menghidupkan denyut perekonomian—mengalirkan nilai, bukan sekadar barang. Ia memastikan bahwa setiap produk, bahan baku, dan informasi bergerak dengan tepat waktu, tepat tempat, dan tepat biaya untuk menjaga ritme ekonomi tetap stabil. Peran logistik kini melampaui fungsi pengiriman barang dari produsen ke konsumen; ia telah menjadi sistem strategis yang memastikan keterpaduan proses distribusi, efisiensi biaya, serta ketepatan layanan yang menjadi faktor penentu daya saing nasional. Di Indonesia, logistik menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi, terutama karena tantangan geografis yang luas...

KLASIFIKASI PERSEDIAAN: ABC (PARETO), FMS, & VED ANALYSIS

    KLASIFIKASI PERSEDIAAN: ABC (PARETO), FMS, & VED ANALYSIS By: Prof. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., FCILT (Professor of Supply Chain Management – Master of Logistics Management Department – Universitas Logistik dan Bisnis Internasional / ULBI)     I.  PENGANTAR: MENATA LOGISTIK DENGAN CERDAS DI ERA KOMPETITIF Di era persaingan industri yang semakin dinamis, pengelolaan persediaan (inventory management) bukan lagi sekadar urusan pencatatan barang di gudang, melainkan strategi penting dalam menjaga efisiensi biaya, kecepatan layanan, dan keberlanjutan rantai pasok. Banyak perusahaan logistik dan manufaktur menghadapi dilema antara kelebihan stok yang menekan modal kerja, dan kekurangan stok yang menghambat operasional. Untuk itu, pendekatan analitis seperti ABC, FMS, dan VED Classification hadir sebagai alat strategis dalam menentukan prioritas pengawasan dan pengendalian persediaan.   Melalui materi ini, mahasiswa dan praktisi diharapkan mam...

© ‧ Magister Manajemen Logistik - ULBI. All rights reserved.