MANAJEMEN LOGISTIK: SIKLUS DAN STRATEGI PEMBELIAN (PURCHASING)
DARI PROSES KE
STRATEGI: MEMAHAMI SIKLUS DAN STRATEGI PURCHASING DALAM PENGUATAN DAYA SAING
LOGISTIK DAN INDUSTRI
By:
Prof. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., FCILT
(Professor of Supply Chain Management – Master of Logistics Management
Department – Universitas Logistik dan Bisnis Internasional / ULBI)
A. PENDAHULUAN: RELEVANSI FUNGSI PEMBELIAN DALAM ERA INDUSTRI & LOGISTIK
Di
tengah persaingan global yang semakin ketat dan kompleksitas rantai pasok yang
terus meningkat, fungsi pembelian tidak bisa lagi disamakan dengan aktivitas
administratif belaka. Di sektor logistik Indonesia — yang pasar nilai-nya telah
menembus US$ 67,8 miliar pada 2024 dengan pertumbuhan tahunan sekitar 6,8 %
menuju US$ 131,4 miliar pada 2033 — proses pengadaan barang dan jasa kini
menjadi fondasi penting untuk efisiensi biaya dan keandalan layanan. Contoh
nyata terjadi pada penyedia layanan pengiriman barang antar‐pulau, di mana
biaya logistik nasional masih membebani hingga sekitar 14,29 % dari PDB — jauh
di atas rerata global — dan menunjukkan urgensi bagi perusahaan untuk mengelola
pembelian secara lebih strategis daripada sebelumnya.
Dengan demikian, pembelian menjadi jembatan penghubung antara kebutuhan
operasional – seperti armada kendaraan, perangkat tracking, dan layanan
pergudangan – dengan strategi korporasi untuk memperkuat posisi kompetitif.
Pemilihan pemasok yang tepat, negosiasi yang efisien, serta pengelolaan stok
dan kontrak yang terstruktur — semuanya menjadi bagian krusial agar rantai
pasok dapat berjalan mulus dan meminimalkan risiko keterlambatan atau
pembengkakan biaya.
Tulisan ini bertujuan memberikan panduan praktis bagi mahasiswa dan praktisi industri logistik untuk memahami keterpaduan antara siklus pembelian (purchasing cycle) dan strategi pengadaan (strategic purchasing) sebagai kunci efisiensi dan daya saing. Melalui pemahaman proses mulai dari identifikasi kebutuhan hingga evaluasi pemasok, serta penerapan pendekatan seperti Kraljic Matrix untuk mengelola risiko dan nilai pasokan, organisasi dapat meningkatkan produktivitas sekaligus memperkuat ketahanan rantai pasok nasional.
B. MEMAHAMI SIKLUS PURCHASING: PROSES SISTEMATIS YANG MENJAMIN EFISIENSI
Siklus
purchasing pada dasarnya adalah jantung dari proses pengadaan yang terstruktur
(Gambar 1). Ia terdiri atas delapan tahapan utama yang saling terhubung secara
sistematis, dimulai dari determination of demand (penentuan kebutuhan)
hingga auditing (audit pembelian). Setiap tahap memiliki peran dan
metode tersendiri: menentukan apa yang dibutuhkan, memilih siapa yang akan
memasok, memantau bagaimana pesanan dipenuhi, hingga memastikan apakah proses
tersebut berjalan sesuai standar dan aturan. Dengan memahami alur ini secara
menyeluruh, organisasi tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan operasional secara
tepat waktu, tetapi juga menjaga agar setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan
nilai tambah nyata bagi kinerja perusahaan.
Setiap tahapan dalam siklus ini membentuk lingkaran efisiensi yang berkesinambungan. Pada tahap awal, analisis kebutuhan menjadi pondasi yang memastikan barang atau jasa dibeli sesuai prioritas perusahaan. Tahap berikutnya, penilaian dan seleksi pemasok menjadi filter penting untuk menjaga kualitas dan stabilitas pasokan. Kemudian, proses pemesanan dan pemantauan memastikan komitmen antar pihak berjalan sesuai kesepakatan. Setelah barang diterima dan diperiksa, hasilnya masuk ke tahap manajemen stok dan audit sebagai umpan balik bagi siklus berikutnya. Pola seperti ini menciptakan siklus tertutup yang memperkuat akuntabilitas dan transparansi pengadaan, sekaligus menjadi sarana pembelajaran organisasi dalam meningkatkan kinerja pengadaan dari waktu ke waktu.
Gambar 1. Siklus Purchasing
Penjelasan rinci siklus purchasing yang ditampilkan pada Gambar 1 disusun secara sistematis pada Tabel 1 berikut. Tabel tersebut memecah setiap tahapan — mulai dari determination of demand hingga auditing — dengan uraian deskriptif, kegiatan kunci, tujuan utama, dan metode yang relevan.
Tabel 1. Tahapan dalam Siklus Purchasing dengan Metode
No. |
Tahapan
Siklus |
Deskripsi
Utama |
Kegiatan
Kunci |
Tujuan
Utama |
Metode |
1 |
Determination of Demand |
Mengidentifikasi kebutuhan barang
atau jasa yang diperlukan oleh organisasi. |
- Analisis kebutuhan
antar-departemen. |
Memastikan pembelian sesuai
kebutuhan aktual dan rencana operasional. |
- Material Requirement
Planning (MRP). |
2 |
Appraisal of the Source of Supply |
Mengevaluasi calon pemasok
potensial yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. |
- Identifikasi calon pemasok. |
Menemukan sumber pasokan yang
andal dan kompetitif. |
- Request for Quotation (RFQ). |
3 |
Supplier Selection |
Memilih pemasok terbaik
berdasarkan evaluasi multi-kriteria. |
- Perbandingan penawaran. |
Menetapkan mitra pemasok yang
paling sesuai dengan kebutuhan organisasi. |
- Weighted Scoring Method. |
4 |
Ordering |
Membuat dan mengirimkan Purchase
Order (PO) resmi kepada pemasok terpilih. |
- Penyusunan dan otorisasi PO. |
Menetapkan perjanjian formal dan
menghindari kesalahpahaman. |
- Electronic Procurement
(E-Procurement). |
5 |
Order Monitoring |
Memantau status pesanan hingga
barang diterima sesuai jadwal dan spesifikasi. |
- Follow-up status pesanan. |
Menjamin ketepatan waktu dan
kualitas pengiriman. |
- Order Tracking System. |
6 |
Incoming Goods |
Menerima dan memeriksa barang
yang dikirim pemasok. |
- Pemeriksaan fisik dan
administrasi barang. |
Menjamin kesesuaian barang dengan
PO dan menjaga kualitas. |
- Incoming Inspection
Checklist. |
7 |
Stock Management |
Mengelola barang yang telah
diterima agar stok selalu optimal. |
- Update saldo stok. |
Menjaga keseimbangan antara
ketersediaan stok dan efisiensi biaya penyimpanan. |
- Inventory Management System. |
8 |
Auditing |
Mengevaluasi seluruh proses
pembelian untuk perbaikan dan akuntabilitas. |
- Audit dokumen pembelian &
pembayaran. |
Meningkatkan transparansi,
akurasi, dan efektivitas proses pengadaan. |
- Internal Audit. |
C. EFISIENSI OPERASIONAL DALAM PROSES PEMBELIAN
Hubungan antarproses dalam rantai pembelian juga sangat erat dan berurutan (Gambar 2). Dari purchase requisition (PR) yang diajukan oleh pengguna internal, lahirlah purchase order (PO) sebagai dokumen formal yang menegaskan komitmen pembelian kepada pemasok. Setelah pemasok mengirimkan barang atau jasa sesuai pesanan, bagian penerimaan melakukan verifikasi melalui goods receipt untuk memastikan kesesuaian jumlah dan kualitas. Proses kemudian berlanjut ke invoice verification sebelum akhirnya dilakukan pembayaran dan audit pemasok. Setiap tahap saling mengunci satu sama lain; kesalahan di satu bagian akan berdampak langsung pada efisiensi keseluruhan. Karena itu, perusahaan yang berhasil mengintegrasikan seluruh tahapan ini biasanya memiliki rantai pengadaan yang lebih andal dan bebas dari penumpukan pekerjaan administratif.
Gambar 2. Hubungan antarproses dalam rantai pembelian
Efisiensi operasional dalam proses pembelian bukan hanya ditentukan oleh kecepatan transaksi, tetapi juga oleh ketepatan koordinasi antar tahapan yang membentuk rantai pengadaan. Setiap tahap memiliki fokus efisiensi tersendiri sebagaimana tergambar pada Tabel 2. Dimulai dari identifikasi kebutuhan yang menuntut akurasi tinggi agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan stok, proses ini kemudian berlanjut ke tahap permintaan pembelian (purchase requisition) yang menekankan transparansi dan otorisasi dokumen. Di titik inilah efisiensi berarti kemampuan mengelola informasi dengan cepat dan tepat agar kebutuhan operasional dapat segera diterjemahkan menjadi tindakan pembelian yang sah dan terukur.
Tabel
2. Hubungan antara Tahapan Purchasing Cycle dan Fokus Efisiensi Pengadaan
No |
Tahapan
Purchasing Cycle |
Deskripsi
Singkat |
Fokus
Efisiensi / Nilai Tambah |
Tujuan
Utama |
Metode
/ Pendekatan yang Umum Digunakan |
1 |
Identifikasi Kebutuhan (Need
Recognition) |
Menentukan kebutuhan barang/jasa
berdasarkan permintaan pengguna atau departemen terkait. |
Akurasi kebutuhan agar tidak
terjadi overstock atau understock. |
Menjamin kebutuhan operasional
terpenuhi dengan tepat. |
Analisis kebutuhan, perencanaan
material (MRP), data permintaan historis. |
2 |
Permintaan Pembelian (Purchase
Requisition) |
Dokumen internal yang meminta
pembelian barang/jasa kepada bagian procurement. |
Meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam proses pengadaan. |
Menyediakan dasar administratif
yang sah untuk pembelian. |
Formulir PR (manual atau sistem
ERP), approval workflow. |
3 |
Seleksi Pemasok (Supplier
Selection) |
Menentukan calon pemasok
berdasarkan kriteria kualitas, harga, dan ketepatan waktu. |
Optimalisasi nilai pembelian dan
pengurangan risiko rantai pasok. |
Memilih pemasok yang paling
kompeten dan efisien. |
Tender, e-procurement, vendor
evaluation matrix. |
4 |
Pembuatan dan Pengiriman Purchase
Order (PO Issuance) |
Mengeluarkan PO resmi kepada
pemasok sebagai kontrak pembelian. |
Memastikan kesesuaian antara
permintaan dan kesepakatan pembelian. |
Menetapkan komitmen formal antara
pembeli dan pemasok. |
ERP/Procurement System, digital
PO tracking. |
5 |
Penerimaan Barang/Jasa
(Goods/Service Receipt) |
Barang/jasa diterima, diperiksa
kualitas dan jumlahnya oleh bagian penerima. |
Menghindari kesalahan pengiriman
dan menjamin kualitas input produksi. |
Menjamin barang diterima sesuai
spesifikasi PO. |
Inspeksi barang, quality
checklist, barcode scanning. |
6 |
Verifikasi dan Pembayaran
(Invoice Verification & Payment) |
Mencocokkan invoice dengan PO dan
barang diterima (three-way matching). |
Efisiensi pembayaran dan
pengendalian biaya. |
Menjamin pembayaran dilakukan
sesuai kontrak dan performa. |
Three-way matching system,
e-invoicing, automated payment approval. |
7 |
Manajemen dan Pemeliharaan
Catatan (Record Management) |
Menyimpan seluruh dokumen
transaksi untuk kepatuhan dan audit. |
Transparansi dan pelacakan
historis pembelian. |
Menjamin keterlacakan dan
kepatuhan regulasi. |
Digital archiving, procurement
database. |
8 |
Audit dan Evaluasi Pemasok (Audit
& Supplier Evaluation) |
Evaluasi performa pemasok secara
berkala untuk perbaikan berkelanjutan. |
Peningkatan kualitas rantai pasok
jangka panjang. |
Mengidentifikasi area perbaikan
dan penghematan biaya. |
Vendor performance scorecard,
audit internal, KPI monitoring. |
D.
STRATEGY PURCHASING (KRALJIC MATRIX):
MENGUBAH FUNGSI PEMBELIAN MENJADI KEUNGGULAN KOMPETITIF
Setelah organisasi menguasai proses pembelian yang efisien, langkah berikutnya adalah menjadikan fungsi purchasing sebagai keunggulan strategis yang mendorong daya saing jangka panjang. Melalui pendekatan Kraljic Matrix (Gambar 3), perusahaan dapat mengklasifikasikan kategori pembelian berdasarkan nilai terhadap profitabilitas dan risiko pasokan. Empat kuadran utama dalam matriks ini membantu menentukan fokus strategi: routine items menekankan efisiensi administratif melalui otomasi, leverage items memaksimalkan daya tawar dan negosiasi harga, bottleneck items memprioritaskan mitigasi risiko pasokan, dan strategic items menuntut kemitraan jangka panjang berbasis inovasi.
Penerapan prinsip ini memungkinkan alokasi sumber daya pengadaan yang lebih cerdas dan berdampak besar pada kinerja bisnis. Pendekatan ini menegaskan bahwa purchasing yang strategis tidak lagi berorientasi transaksi jangka pendek, tetapi membangun kolaborasi jangka panjang antara pembeli dan pemasok, menciptakan sinergi inovatif, dan memperkuat ketahanan rantai pasok di era logistik modern.
Gambar 3. Kraljic Matrix
Siklus dan strategi purchasing sejatinya adalah dua sisi yang saling melengkapi. Siklus pembelian memastikan proses operasional berjalan efisien dan terkendali—mulai dari identifikasi kebutuhan, pemesanan, hingga audit—sementara strategi purchasing memberikan arah agar setiap keputusan pembelian selaras dengan tujuan jangka panjang organisasi. Jika diibaratkan, siklus membantu perusahaan membeli dengan benar (doing things right) melalui disiplin proses, sedangkan strategi memastikan perusahaan membeli hal yang benar (doing the right things) melalui pengambilan keputusan yang cerdas dan berorientasi nilai. Keduanya harus bergerak selaras agar organisasi tidak hanya cepat dalam bertransaksi, tetapi juga bijak dalam menentukan prioritas pembelian yang berdampak pada efisiensi dan daya saing.
Tabel 3 berjudul Kraljic Matrix dan Implikasinya terhadap Strategic Purchasing menyajikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai Gambar 3, yaitu Kraljic Matrix. Melalui tabel ini, setiap kuadran dalam matriks dijabarkan secara sistematis mulai dari karakteristik barang atau jasa, strategi yang disarankan, hingga contoh penerapannya di dunia industri.
Tabel 3. Kraljic Matrix
dan Implikasinya terhadap Strategic Purchasing
Kuadran |
Ciri Utama (Karakteristik Barang/Jasa) |
Strategi (Strategy) |
Taktik (Tactics) |
Tindakan (Actions) |
Tujuan (Objectives) |
Contoh Barang/ Jasa |
1. Routine Items
(Barang Rutin / Non-Kritis) |
- Nilai rendah,
risiko rendah |
Simplify
Acquisition Process (Sederhanakan proses pembelian) |
- Tingkatkan
peran sistem otomatis |
- Otomatisasi
requisition (EDI, e-procurement, kartu korporat) |
Efisiensi biaya
dan waktu melalui penyederhanaan proses pembelian |
Alat tulis
kantor, bahan kebersihan, printer toner, air mineral, layanan kebersihan |
2. Leverage
Items (Barang Leverage / Pengungkit) |
- Nilai tinggi,
risiko rendah |
Maximize
Commercial Advantage (Maksimalkan keuntungan komersial) |
- Konsentrasikan
volume pembelian |
- Terapkan competitive
bidding |
Mendapatkan
harga dan nilai terbaik melalui daya tawar yang kuat terhadap pemasok |
Bahan bakar,
material kemasan standar, jasa transportasi umum, komponen elektronik umum |
3. Bottleneck
Items (Barang Sempit / Tersendat) |
- Nilai rendah,
risiko tinggi |
Ensure Supply
Continuity (Pastikan kontinuitas pasokan) |
- Kurangi
ketergantungan pada pemasok tunggal |
- Perluas
spesifikasi agar alternatif lebih banyak |
Menjamin
ketersediaan pasokan dan mengurangi risiko gangguan operasional |
Spare part mesin
khusus, bahan kimia tertentu, komponen teknologi unik, perangkat lunak
berlisensi khusus |
4. Critical /
Strategic Items (Barang Kritis / Strategis) |
- Nilai tinggi,
risiko tinggi |
Form
Partnerships with Suppliers (Bentuk kemitraan strategis dengan pemasok) |
- Tingkatkan
kolaborasi jangka panjang |
- Negosiasi
intensif berbasis win–win |
Membangun
kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan dan berorientasi inovasi
serta ketahanan pasok |
Sistem ERP
perusahaan, komponen mesin utama produksi, layanan logistik strategis,
teknologi inti manufaktur |
Catatan Akademik:
Tabel
ini menggambarkan bahwa strategi purchasing yang efektif harus berbasis
analisis portofolio. Dengan memahami posisi setiap barang atau jasa dalam
Kraljic Matrix, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya pengadaan secara
optimal:
- Barang
rutin dikelola dengan efisiensi administratif,
- Barang
leverage dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan komersial,
- Barang
bottleneck dijaga kontinuitas pasoknya, dan
- Barang
strategis dikelola melalui kemitraan jangka panjang yang memperkuat daya
saing organisasi.
E.
PENUTUP: MEMBANGUN BUDAYA PURCHASING
YANG ADAPTIF DAN STRATEGIS
Kemampuan organisasi dalam mengelola fungsi purchasing secara efektif kini menjadi salah satu pilar utama daya saing di era rantai pasok digital. Kombinasi antara efisiensi proses melalui siklus pembelian yang terstruktur dan penerapan strategi pengadaan yang adaptif menjadikan sistem purchasing lebih tangguh, transparan, dan responsif terhadap perubahan pasar. Perusahaan yang mampu mengintegrasikan keduanya akan memiliki keunggulan dalam menjaga keandalan pasokan, menekan biaya, serta memperkuat hubungan jangka panjang dengan mitra pemasok. Di tengah meningkatnya tekanan global terhadap efisiensi logistik, seperti kenaikan biaya transportasi dan volatilitas harga bahan bakar, pengelolaan purchasing yang baik bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi setiap organisasi yang ingin bertahan dan berkembang.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita melihat purchasing bukan sebagai kegiatan administratif semata, tetapi sebagai ruang pembelajaran strategis yang melatih kemampuan analisis, negosiasi, dan pengambilan keputusan berbasis data. Dunia industri kini menuntut profesional yang mampu membaca pola siklus pembelian dan menempatkan strategi pengadaan secara tepat sesuai karakter barang, nilai bisnis, dan risiko pasokan. Mereka yang mampu menguasai hal tersebut akan menjadi penggerak perubahan, menjadikan purchasing bukan sekadar fungsi pendukung, tetapi sebagai pengungkit utama daya saing organisasi di era logistik modern yang semakin digital, terhubung, dan kompetitif.
"LET'S
JOIN ULBI"
Magister Manajemen
Logistik - “Shaping Future Leaders in Global Logistics”
Learn more by visiting :
https://admission.ulbi.ac.id/s2-magister-manajemen-logistik/
#Pembelian; #Purchasing;
#Kraljic Matrix; #Siklus Purchasing; #Inventory;
#Persediaan; #Logistik; #Logistics; #Supply Chain Management;
#Supply Chain; #Green Logistics; #AI; #Big Data; #IoT; #Rantai Pasok; #ULBIAcademia;
#PenaAkademikULBI; #EdukasiULBI; #OpiniAkademik; #ArtikelAkademik; #SEO;
#DigitalMarketing
Posting Komentar